JAKARTA – Pertemuan antara Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka dan Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri di Hari Lahir Pancasila dinilai positif oleh Partai Golkar.
Sekretaris Jenderal DPP Golkar Muhammad Sarmuji menegaskan bahwa momen tersebut merupakan simbol baik bagi komunikasi politik nasional.
“Bagus dong, pertemuan antara Bu Mega dengan Mas Gibran itu sesuatu yang sangat bagus ya,” ujar Sarmuji di Kompleks Parlemen, Rabu, (4/06/2025).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, meski bersifat fisik dan belum membuahkan dialog politik mendalam, pertemuan itu tetap memiliki arti simbolik yang penting.
Sarmuji juga menilai bahwa pertemuan ini menjadi peluang pembelajaran bagi Gibran yang baru memulai karier di level nasional.
“Mas Gibran juga berkesempatan belajar bagaimana bersikap dengan Ibu Mega yang lebih senior,” lanjutnya.
Baca Juga:
Sudah Bayar Lunas Sejak 2010, Namun Ribuan Penghuni Apartemen Masih Tak Pegang Akta Jual Beli
Empat Tambang Nikel Diduga Cemari Raja Ampat, Pemerintah Baru Bergerak Setelah Sorotan Media Sosial
Golkar menilai Megawati sebagai figur penting dalam sejarah politik nasional yang bisa menjadi sumber nasihat strategis.
“Bahkan, bisa saja Bu Mega memberi nasihat langsung, meskipun untuk tahap kemarin mungkin belum sampai ke sana,” kata Sarmuji.
Pertemuan Elit Politik Bisa Jadi Jalan Rekonsiliasi Nasional
Sarmuji berharap agar pertemuan antara Gibran dan Megawati tidak menjadi peristiwa yang langka atau simbolik semata.
“Kalau makin sering ketemu, rasanya makin akrab,” katanya, menyampaikan harapan untuk frekuensi pertemuan yang lebih tinggi.
Baca Juga:
Sebanyak 5 Media Lokal Bogor Dukung Muslim LifeFair 2025 Lewat Jaringan Bogor Media Circle
Spanyol Singkirkan Prancis Lewat Drama Sembilan Gol, Lamine Yamal Bersinar
Menurutnya, intensitas pertemuan di antara para tokoh bangsa berperan dalam mencairkan suasana politik yang kerap memanas.
Ia melihat pentingnya momen kebersamaan antar generasi pemimpin untuk memperkuat stabilitas demokrasi.
Golkar memandang bahwa membuka ruang pertemuan informal sangat membantu dalam menjaga komunikasi lintas partai.
Kondisi politik yang kompetitif kerap menciptakan sekat-sekat psikologis antar elite partai, apalagi pasca-Pemilu 2024.
Sarmuji pun menyebut peluang yang lebih besar bisa terjadi jika Megawati juga bertemu Presiden Joko Widodo.
“Kalau saya harapannya begitu,” ucapnya, sembari menekankan bahwa pertemuan antar pemimpin bangsa patut dirayakan.
Baca Juga:
Sengketa Gula Sugar Group vs Marubeni Corporation: Muncul Dugaan Suap Rp200 Miliar di Mahkamah Agung
Diplomasi Nasi Goreng Dinilai Efektif Cairkan Ketegangan Politik
Lebih lanjut, Sarmuji mengusulkan agar pertemuan semacam itu tidak sekadar berlangsung di forum resmi.
Ia mengangkat konsep “diplomasi nasi goreng”, istilah populer untuk menggambarkan jamuan santai di kediaman Megawati.
“Malah bagus sekali seandainya ada reuni sambil makan nasi goreng buatannya Bu Mega,” katanya.
Menurutnya, suasana informal mampu mencairkan tensi politik sekaligus membuka ruang komunikasi tanpa tekanan.
Sarmuji menyebut skenario pertemuan antara Megawati, Prabowo, Jokowi, dan bahkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai ideal.
“Pak Prabowo ketemu Bu Mega, ada Pak Jokowi, ada Pak SBY, sangat baik, sambil makan nasi goreng,” ujarnya.
Baginya, pertemuan itu bukan hanya seremonial tapi juga bagian dari rekonsiliasi nasional yang dibutuhkan.
Dalam politik Indonesia yang sarat dengan rivalitas personal, diplomasi makanan bisa menjadi medium damai dan menyenangkan.
Momentum Hari Lahir Pancasila Jadi Titik Temu Tokoh Bangsa
Pertemuan Megawati dan Gibran terjadi dalam rangkaian upacara Hari Lahir Pancasila, Senin, (2/06/2025), di Gedung Pancasila, Jakarta.
Acara ini dipimpin Presiden Prabowo Subianto dan dihadiri tokoh-tokoh politik nasional dari berbagai kubu.
Megawati berdiri berdampingan dengan Gibran dan Prabowo saat sesi baris upacara sebelum kegiatan dimulai.
Kehadiran Megawati diapit dua tokoh politik generasi berbeda ini menimbulkan sorotan tajam dari publik dan media.
Presiden Prabowo bertindak sebagai Inspektur Upacara, menerima laporan dari Komandan Upacara Kolonel Marinir Achmad Hadi Al-Hasny.
Peringatan Hari Lahir Pancasila kali ini digelar dalam nuansa lebih khidmat dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Berbagai elemen masyarakat sipil, tokoh agama, dan mahasiswa turut hadir, menandakan pentingnya hari tersebut sebagai simbol ideologi.
Pertemuan tokoh dalam momen seperti ini dinilai relevan untuk merawat kesatuan di tengah dinamika politik.
Megawati–Gibran dan Upaya Merawat Jembatan Antar Generasi
Pertemuan Gibran dan Megawati membawa pesan simbolik kuat tentang keberlanjutan antar generasi politik Indonesia.
Gibran mewakili tokoh muda dengan akses kekuasaan tinggi, sementara Megawati adalah simbol perjuangan masa lalu.
Keduanya jika saling terbuka untuk berdialog, dapat menjembatani jurang generasi yang makin melebar dalam dunia politik.
Polarisasi pasca-pemilu bisa diredam melalui inisiatif personal seperti ini, bukan hanya lewat kesepakatan formal partai.
Menurut pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, “Simbolisasi ini penting dalam membangun memori kolektif kebangsaan.”
Ia menilai pertemuan seperti ini bisa mengubah dinamika hubungan elite, dari kompetisi menuju kolaborasi.
Lebih dari sekadar basa-basi protokoler, interaksi langsung antar elite bisa menghindari miskomunikasi dan prasangka publik.
Kondisi ini dapat menciptakan ketenangan politik menjelang pelantikan kabinet dan fase awal pemerintahan baru.
Rekonsiliasi Elit Harus Didorong Lewat Komunikasi Inklusif dan Strategis
Pertemuan Gibran dan Megawati bisa menjadi pintu masuk untuk membangun model komunikasi antar elite yang inklusif.
Ini bukan hanya tentang silaturahmi, tetapi membangun ruang diskusi lintas ideologi dan generasi.
Komunikasi informal yang tidak penuh tekanan mampu menghasilkan kesepahaman jangka panjang yang lebih kuat.
Para elite politik perlu menciptakan momentum sendiri tanpa harus menunggu tekanan dari krisis politik atau publik.
Pemerintah dan partai politik dapat mengambil inisiatif menyusun agenda rekonsiliasi lintas tokoh, khususnya pasca Pemilu 2024.
Kegiatan nonformal seperti makan malam, diskusi santai, atau kunjungan balasan menjadi strategi jangka pendek yang efektif.
Sebagaimana disarankan Sarmuji, “Kalau makin sering ketemu, rasanya makin akrab,” adalah prinsip yang patut dikembangkan.
Masyarakat perlu mendorong elite untuk tidak hanya tampil dalam konflik, tapi juga dalam kolaborasi dan kebersamaan.***
Please take the time to read various other economic and business news and information on Infobumn.com and Bisnisnews.com.
Also, follow the latest news and information regarding politics, law, and national affairs through Adilmakmur.co.id and Hallokampus.com.
National information from regional press can be directly monitored from the news portals Nusraraya.com anda Jakartaoke.com.
To follow news updates in English, please refer to reports from the international news portals 01post.com and Indo24hours.com.
We also offer Press Release services or press release publication on over 175 media outlets. Please click Persrilis.com.
For simultaneous press release publication in mainstream or Tier One media, please click Major Media Publications
Indonesia Media Circle (IMC) also caters to bulk order publication needs (thousands of press release links) for reputation management: campaigns, reputation recovery, or other interests.
For information, please contact the WhatsApp Center of the Indonesian Press Release Center (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Be sure to download the Hallo.id application on the Play Store (Android) and App Store (iPhone) to access a variety of interesting articles. Hallo.id Media can be accessed through Google News. Thank you.
Get a variety of the latest news and information from various news portals through the WhatsApp channel Sapulangit Media Center